Pengertian Intersepsi
Intersepsi adalah
proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi di atas permukaan tanah,
tertahan beberapa saat untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer atau diserap
oleh vegetasi yang bersangkutan. Proses intersepsi terjadi selama berlangsungnya
curah hujan dan setelah hujan berhenti. Proses intersepsi terhadap curah hujan
dari tutupan vegetasi adalah sebagai salah satu proses dalam siklus hidrologi
dalam hutan. Air hujan yang jatuh menembus tajuk vegetasi dan menyentuh tanah
akan menjadi bagian air tanah. Besarnya intersepsi tidak dapat dihitung secara
langsung karena morfologi tajuk tanaman yang beragam sehingga sulit untuk
dilakukan pengukuran, namun nilai intersepsi pada ekosistem hutan dapat
dihitung dengan mengukur besarnya curahan tajuk dan aliran batang pada
vegetasi. Intersepsi dapat diketahui jika kedua nilai tersebut diperoleh, nilai
intersepsi merupakan perbedaan dari besarnya presipitasi total (Pg ) dengan
presipitasi bersih (Pn ).
Faktor yang
mempengaruhi intersepsi
-
Tipe vegetasi
-
Kondisi/umur vegetasi
-
Intensitas hujan
-
Lokasi
-
Luas tajuk penutup vegetasi atau kerapatan
PENGUKURAN INTERSEPSI
Secara matematis
besarnya intersepsi dinyatakan dengan
npgI = P − dengan
nilai= n P (throughfall (Tf ) + stemflow (S f ) ), nilai Pg didapatkan dari
hasil pengukuran di daerah kajian. Nilai persentase intersepsi hujan pada tajuk
vegetasi di daerah hutan hujan tropis adalah bervariasi (Asdak, 1995). Hujan
terintersepsi oleh tajuk vegetasi sebesar 21% dari total air hujan total di
hutan campuran Jawa Barat (Calder et al, 1986 dalam Asdak, 1995). Sementara
pada hutan yang tidak lebat dan telah dilakukan banyak penebangan persentase
intersepsi tajuk berkurang hingga 6% dari total intersepsi sebesar 11% (Asdak
et al, 1998).
Besarnya intersepsi
bervariasi antara 35 – 55%,
Besar intersepsi hujan
berkisar antara 35 – 75% dari keseluruhan ET di atas tegakan pohon/hutan
Di hutan hujan tropis
berkisar antara 10 – 35% dari CH total
Besarnya air yang tertampung dipermukaan tajuk, batang dan cabang
vegetasi (Kapasitas simpan Intersepsi/Canopy storage capacity) yang ditentukan
oleh bentuk,kerapatan dan tekstur vegetasi
Air
hujan yang jatuh pada permukaan tajuk akan turun melaluiØ sela-sela daun,
batang dan cabang atau antar tajuk dan batang vegetasi
Ic = Pg – (Tf + Sf)
Intersepsi total (I) =
Ic + Ii
(Ii) Intersepsi
Serasah, (Ic) Intersepsi Tajuk, (Pg) Curah Hujan
Jumlah air hujan yang sampai dilantai hutan = Tf + SfØ
Curah hujan bersih (Pn)
= Tf + Sf – Ii
Intersepsi adalah beda
antara CH total dan CH bersih (aliran batang + air lolos
Intersepsi dapat dipengaruhi oleh 2 kelompok :Ø
o
Vegetasi ; luas vegetasi hidup dan mati, bentuk dan ketebalan daun dan
cabang vegetasi
o Iklim ; Jumlah
dan jarak, lama waktu antara satu hujan dengan hujan berikutnya, intensitas
hujan, kecepatan angin, dan beda suhu antara permukaan tajuk dengan atm
Air
pada permukaan tajuk lebih siap terjadinya evaporasiØ dibandingkan yang
lainnya, maka bila daun basah, proses intersepsi akan berlangsung beberapa
lebih cepat dari transpirasi dari permukaan vegetasi yang tidak terlalu basah.
Besarnya air hujan yang terinsepsi merupakan fungsi dari :
- Karakteristik
hujan (lebat , Intersepsi rendah)
Jenis, umur dan kerapatan tegakan (makin tua tegakan, intersepsi makin
tinggi, rapat,makin besar intersepasi)v
- Musim pada
tahun yang bersangkutan
Umumnya ; 10 -20% dari total jumlah hujan akan terinsepsi oleh tegakan
pada musim pertumbuhan dan 25 – 35% i daerah yang sangat rapat.
- Intersepsi umumnya
besar pada hujan yang tidak lebat sekitar 90% dan 5% jika lebat.
- Semakin luas atau
rapat tajuk vegetasi semakin banyak air hujan yang dapat ditahan.
- Intersepsi menurun
dengan berkurangnya aktifnya masa pertumbuhan tanaman (semua jenis)
- Kemampuan serasah
menahan air dan nmenguapak kembali air tersebut ditentukan oleh
(1) Ketebalan serasah
dan
(2) Karakteristik
serasah dalam mengikat air hujan.
Pengukuran intersepsi dengan 2 pendekatanØ
- Neraca volume (CH,
Aliran batang, air lolos = tradisional)
- Neraca energi
(persamaan matematis)
Dari
kasus proses intersepsi tegakan hutan mulai muda sampai tua maka berlaku
hal-hal sbb :Ø
- Air lolos (Tf);
semakin berkurang sejalan dengan bertambah rapatnya tajuk tegakan.
- Aliran batang (Sf);
semakin bertambah tp tidak terlalu banyak dari aliran batang sebelumnya
- Kapasitas tampung
permukaan tajuk dan serasah, dalam hubungannya dengan bidang permukaan tajuk
juga akan meningkat
Kegunaan :Ø
- menentukan besarnya
CH bersih atau jumlah CH yang tersedia untuk air infiltrasi, air larian, aliran
air bawah permukaan atau aliran air tanah.
CH bersih = CH tot –
intersepsi total atau jumlah aliran batang dengan air lolos (Tf + Sf)
NERACA AIR
Neraca air (water
balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat pada periode
tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan
(surplus) ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan mengetahui kondisi air pada
surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi,
serta dapat pula untuk mendayagunakan air sebaik-baiknya.
Macam-macam Neraca
Air
Model neraca air cukup
banyak, namun yang biasa dikenal terdiri dari tiga model, antara lain:
Model Neraca Air Umum.
Model ini menggunakan data-data klimatologis dan bermanfaat untuk mengetahui
berlangsungnya bulan-bulan basah (jumlah curah hujan melebihi kehilangan air
untuk penguapan dari permukaan tanah atau evaporasi maupun penguapan dari
sistem tanaman atau transpirasi, penggabungan keduanya dikenal sebagai
evapotranspirasi).
Model Neraca Air Lahan.
Model ini merupakan penggabungan data-data klimatologis dengan data-data tanah
terutama data kadar air pada Kapasitas Lapang (KL), kadar air tanah pada Titik
Layu Permanen (TLP), dan Air Tersedia (WHC = Water Holding Capacity). Kapasitas
lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air
terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang
dapat ditahan tanah tersebut akan terus-menerus diserap akar tanaman atau
menguap sehingga tanah makin lama makin kering. Pada suatu saat akar tanaman
tidak lagi mampu menyerap airsehingga tanaman menjadi layu. Kandungan air pada
kapasitas lapang diukur pada tegangan 1/3 bar atau 33 kPa atau pF 2,53 atau 346
cm kolom air. Titik layu permanen adalah kondisi kadar air tanah dimana
akar-kar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tanah, sehingga tanaman layu.
Tanaman akan tetap layu pada siang atau malam hari. Kandungan air pada titik
layu permanen diukur pada tegangan 15 bar atau 1.500 kPa atau pF 4,18 atau
15.849 cm tinggi kolom air. Air tersedia adalah banyaknya air yang tersedia
bagi tanaman yaitu selisih antara kapasitas lapang dan titik layu permanen.
Model Neraca Air
Tanaman. Model ini merupakan penggabungan data klimatologis, data tanah, dan
data tanaman. Neraca air ini dibuat untuk tujuan khusus pada jenis tanaman
tertentu. Data tanaman yang digunakan adalah data koefisien tanaman pada
komponen keluaran dari neraca air. Neraca air adalah gambaran potensi dan
pemanfaatan sumberdaya air dalam periode tertentu. Dari neraca air ini dapat
diketahui potensi sumberdaya air yang masih belum dimanfaatkan dengan optimal.
Secara kuantitatif, neraca air menggambarkan prinsip bahwa selama periode waktu
tertentu masukan air total sama dengan keluaran air total ditambah dengan
perubahan air cadangan (change in storage). Nilai perubahan air cadangan ini
dapat bertanda positif atau negatif (Soewarno, 2000). Konsep neraca air pada
dasarnya menunjukkan keseimbangan antara jumlah air yang masuk ke, yang
tersedia di, dan yang keluar dari sistem (sub sistem) tertentu. Secara umum
persamaan neraca air dirumuskan dengan (Sri Harto Br., 2000).
I
= O ± ΔS
I = masukan
(inflow)
O = keluaran
(outflow)
Yang dimaksud dengan
masukan adalah semua air yang masuk ke dalam sistem, sedangkan keluaran adalah
semua air yang keluar dari sistem. Perubahan tampungan adalah perbedaan antara
jumlah semua kandungan air (dalam berbagai sub sistem) dalam satu unit waktu
yang ditinjau, yaitu antara waktu terjadinya masukan dan waktu terjadinya
keluaran. Persamaan ini tidak dapat dipisahkan dari konsep dasar yang lainnya
(siklus hidrologi) karena pada hakikatnya, masukan ke dalam sub sistem yang
ada, adalah keluaran dari sub sistem yang lain dalam siklus tersebut.
B.
Manfaat Neraca Air
Manfaat secara umum
yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara lain:
1. Digunakan sebagai
dasar pembuatan bangunan penyimpanan dan pembagi air serta
saluran-salurannya. Hal
ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan
yang defisit air.
2. Sebagai dasar
pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini terjadi
jika hasil analisis
neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus air.
3. Sebagai dasar
pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti tanaman
pangan hortikultura,
perkebunan, kehutanan hingga perikanan.
C.
Komponen Neraca Air
Dalam menghitung neraca
air ada beberapa komponen yang perlu di perhatikan,antara lain :
Kapasitas menyimpan air
(jumlah ruang pori)
Infiltrasi
Run off
Evapotranspirasi
Curah hujan
Jenis vegetasi
D.
Hubungan Neraca Air dengan Siklus Hidrologi
Dalam konsep siklus hidrologi bahwa jumlah air di suatu luasan tertentu di
permukaan bumi dipengaruhi oleh besarnya air yang masuk (input) dan keluar
(output) pada jangka waktu tertentu. Semakin cepat siklus hidrologi terjadi
maka tingkat neraca air nya semakin dinamis. Kesetimbangan air dalam suatu
sistem tanah-tanaman dapat digambarkan melalui sejumlah proses aliran air yang
kejadiannya berlangsung dalam satuan waktu yang berbeda-beda.
Kesimpulan
Neraca air (water
balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat pada
periodetertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan
(surplus) ataupun kekurangan (defisit).
Sifat tanah yang
merupakan komponen-komponen neraca air, misalnya kapasitas menyimpan air
(jumlah ruang pori), infiltrasi, kemantapan pori sangat dipengaruhi oleh macam
penggunaan lahan atau jenis dan susunan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut.
Terdapat 3 model neraca
air yaitu, model neraca air umum, air lahan, dan tanaman.
Manfaat dari adanya
neraca air ini antara lain digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan
penyimpanan dan pembagi air serta saluran-salurannya, sebagai dasar pembuatan
saluran drainase dan teknik pengendalian banjir, sebagai dasar pemanfaatan air
alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti tanaman pangan – hortikultura,
perkebunan, kehutanan hingga perikanan.
Saran
Penjelasan mengenai
perhitungan neraca air sebaiknya di dalami dengan baik agar
mahasiswa faham
tentangperhitungan neraca air yang baik dan dilakukan dengan hati–hati
karena banyak faktor
yang harus dihitung, untuk mendapatkan hasil yang baik, mekaa
perhitungan dari
masing-masing faktor perlu di perhatikan.
EVAPORASI DAN
TRANSPIRASI
Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah
keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air dan vegetasi yang
di uapkan kembali ke atmosfer.
Faktor yang
mempengaruhi intersepsi
1.
Vegetasi
termasuk dalam kelompok
vegetasi adalah luas vegetasi hidup dan mati, bentuk dan ketebalan daun dan
cabang vegetasi.
2.
Iklim
faktor iklim termasuk
jumlah dan jarak lama waktu antara satu hujan dengan hujan berikutnya,
intensitas hujan, kecepatan angin, dan beda suhu antara tajuk dengan atmosfer.
Unsur berlangsungnya
evaporasi
1.
Radiasi Matahari → Sebagian gelombang pendek matahari akan diubah menjadi
energi panas di dalam tanaman,air, dan tanah
2.
Ketersediaan Air → Melibatkan tidak sja jumlah air yang ada,tetapi juga
persediaan air yang siap untuk terjadinya
Evapotranspirasi
1.
Evapotranspirasi adalah jumlah air total yang di kembalikan lagi ke atmosfer
dari permukaan tanah , badan air, dan vegetasi oleh adanya pengaruh faktor
–faktor iklim dan fisiologis vegetasi.
2.
Evaporasi proses penguapan, yaitu perubahan dari zat cair menjadi uap air atau
gas dari semua bentuk permukaan kecuali vegetasi.
Pengukuran
evapotranspirasi
Berikut ini di
kemukakan berberapa teknik pendekatan untuk besarnya ET.
1.
panci evaporasi
teknik pengukuran ET
paling sederhana adalah dengan menggunakan panci untuk mendapatkan angka indeks
potensial.
2.
alat ukur lysimeter
teknik lysimer lebih
cocok untuk di terapkan pada tanaman pertanian di tempat – tempat percobaan atau
labotarium
EVAPORASI
Evaporasi
Penguapan atau
evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air)
dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan
dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara
berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan.
Rata-rata molekul tidak
memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan
berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan
mereka saling bertukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana
mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah,
sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat menembus titik
didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat
terbang ke dalam gas dan "menguap"
Ada cairan yang
kelihatannya tidak menguap pada suhu tertentu di dalam gas tertentu (contohnya
minyak makan pada suhu kamar). Cairan seperti ini memiliki molekul-molekul yang
cenderung tidak menghantar energi satu sama lain dalam pola yang cukup buat
memberi satu molekul "kecepatan lepas" - energi panas - yang
diperlukan untuk berubah menjadi uap. Namun cairan seperti ini sebenarnya
menguap, hanya saja prosesnya jauh lebih lambat dan karena itu lebih tak
terlihat.
Penguapan adalah bagian
esensial dari siklus air. Uap air di udara akan berkumpul menjadi awan. Karena
pengaruh suhu, partikel uap air yang berukuran kecil dapat bergabung
(berkondensasi) menjadi butiran air dan turun hujan. Siklus air terjadi terus
menerus. Energi surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embun
dan sumber air lainnya. Dalam hidrologi penguapan dan transpirasi (yang
melibatkan penguapan di dalam stomata tumbuhan) secara kolektif diistilahkan
sebagai evapotranspirasi.
TRANSPIRASI
Transpirasi berbeda
dengan penguapan/evaporasi sederhana karena berlangsung pada jaringan hidup dan
dipengaruhi oleh fisiologi tumbuhan.
1 - Air pasif diangkut
ke akar dan kemudian ke xilem .
2 - Kekuatan kohesi dan
adhesi menyebabkan molekul air untuk membentuk kolom dalam xilem .
3 - Air bergerak dari
xilem ke dalam sel mesofil , menguap dari permukaan dan daun tanaman dengan
cara difusi melalui stomata
Air diserap ke dalam
akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut
gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan
besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari
penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui
simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus
transportasi.
Laju transpirasi
dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara,
kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini memengaruhi perilaku
stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel
penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma
terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang
ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan
potometer.
Stoma (tunggal) atau
mulut daun, sebagian besar transpirasi berlangsung di bagian ini.
Transpirasi pada
tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan
sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati.
Sebagian besar
transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam
jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka
stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis.
Lebih dari 20 % air
yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air. Sebagian besar uap
air yang ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun selain
dari batang, bunga dan buah.
Transpirasi menimbulkan
arus transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik terlarut dari akar ke
daun melalui xilem. Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat
dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan
menjadi layu bahkan mati.
Sebagian besar
transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam
jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka
stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis.
Lebih dari 20 % air
yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air. Sebagian besar uap
air yang ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun selain
dari batang, bunga dan buah.
Transpirasi menimbulkan
arus transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik terlarut dari akar ke
daun melalui xilem.
faktor yang memengaruhi
laju evaporasi di permukaan bumi antara lain:
1. Perbedaan tekanan
uap.
Laju molekul air
meninggalkan permukaan air akan tergantung pada tekanan uap dari zat air.
Begitu pun dengan laju molekul air tergantung pada tekanan uap di udara. Oleh
karena itu, evaporasi tergantung pada perbedaan antara tekanan uap air dan zat
cair dengan tekanan uap air dari udara di aras permukaan air.
2. Suhu udara
Laju emisi dari molekul
air dipengaruhi oleh perubahan suhu. Suhu tinggi maka energi dari molekul akan
membesar dan laju emisi akan membesar. Percobaan dengan memanaskan air
membuktikan bahwa evaporasi meningkat seiiring dengan meningkatnya suhu
permukaan air. Evaporasi memerlukan energi yang berupa panas. Energi ini
diperoleh dari radiasi matahari.
3. Angin
Kecepatan angin
berpengaruh terhadap laju evaporasi. Maka semakin tinggi kecepatan angin maka
laju erosi semakin besar pula.
4. Tekanan atmosfer
Di bawah kondisi alami
maka tidak mungkin mempelajari pengaruh tekanan udara terhadap evaporasi.
Jumlah molekul udara per satuan volume meningkat seiring perubahan tekanan.
Tekanan tinggi akan memudahkan molekul-molekul air masuk ke dalam air. Oleh
karena itu evaporasi menurun seiiring dengan meningkatnya tekanan udara.
5. Kualitas air
Laju evaporasi air
garam lebih kecil dibandingkan di wilayah air tawar, hal ini berkaitan dengan
kenaikan massa jenis air.
6. Permukaan bidang evaporasi
Faktor-faktor yang
telah disebutkan sebelumnya adalah faktor yang memengaruhi evaporasi dari
permukaan air bebas (free water surface). Evaporasi dari tanah, vegetasi
dipengaruhi oleh faktor yang sama tetapi ada pertimbangan khusus lain yaitu
keadaan tanah dan vegetasi.
Pada permukaan tanah
faktor penting yang memengaruhi evaporasi adalah ketersediaan air yang ada
dalam tanah. Dalam keadaan tanah jenuh air, pada suhu yang sama laju evaporasi
dari permukaan tanah tidak akan jauh berbeda dengan evaporasi dari permukaan
laut bebas kecuali kalau kandungan air dalam tanah terbatas maka laju evaporasi
akan dibatasi oleh suplai air dari lapisan di bawahnya.
Vegetasi: PResipitasi
yang tertahan pada vegetasi akan dikembalikan ke atmosfer oleh evaporasi. Evaporasi
air yang tertahan pada pohon dan perdu lebih besar daripada evaporasi air yang
ditahan oleh rumput. Keadaan ini diakibatkan oleh adanya perbedaan gerakan
udara (pada rumput gerakan udara terbatas) dan perbedaan tekanan uap pada
rumput cepat mencapai angka nol.
PENGUKURAN EVAPORASI
Variabel / parameter
yang berpengaruh
• Faktor-faktor utama
yang berpengaruh pada evapotranspirasi adalah (Ward dalam Seyhan, 1977) :
• Faktor-faktor
meteorologi
Radiasi Matahari,
Suhu udara dan permukaan, Kelembaban, Angin, Tekanan Barometer
• Faktor-faktor
Geografi
Kualitas air (warna,
salinitas dan lain-lain), Jeluk tubuh air, Ukuran dan bentuk permukaan air
• Faktor-faktor lainnya
Kandungan lengas
tanah, Karakteristik kapiler tanah, Jeluk muka air tanah, Warna tanah, Tipe,
kerapatan dan tingginya vegetasi, Ketersediaan air (hujan, irigasi dan
lain-lain)
PENDEKATAN TEORITIK
Terdapat beberapa
pendekatan teoritik yang digunakan untuk memperkirakan besarnya jumlah
penguapan :
1. Persamaan empirik
2. Keseimbangan air
3. Aerodynamic method
4. Energy balance
method
5. Combination method
6. Priestley-Taylor
method
7. Penman method
1.Persamaan Empirik
Dengan :
C : koefisien penguapan
ew : tekanan uap maks
(in Hg)
ea : tekanan uap
sesaat,berdasar suhu rata-rata dan kelembapan stasiun terdekat
2.Keseimbangan Air
Cara ini merupakan cara
terbaik dalam menentukan besarnya penguapan
Dengan :
I : Masukan (inflow)
O : Keluaran (outflow)
∆S : Perubahan
tampungan
3. Cara Aerodinamik
Cara ini didasarkan
pada perbedaan kelembaban dan kecepatan angin yang mempengaruhi laju
perpindahan massa udara.
Dengan :
E : penguapan
K : tetapan empirik
uz : kecepatan angin
pada ketinggian di atas permukaan
ew : tekanan uap air
permukaan
ez : tekanan uap air
pada ketinggian z
Namun kemudian
disederhanakan menjadi
Dengan :
ρa : kerapatan udara
ρw : kerapatan air
u2 : kecepatan angin
(biasanya pada ketinggian 2m)
z2 : elevasi pengukuran
(2m)
zo : kekasaran
permukaan
k : ketetapan Von
Karman
p : tekanan udara
4. Keseimbangan Energi
Dengan menghitung
masukan dan keluaran energy
Dengan :
Rn : radiasi neto yang
diterima
G : ground heat flux
H : peningkatan suhu
LE : panas untuk
penguapan
LE = lv . Mv
lv : latent ofheat
vaporation
2501-2370t(kJ/kg)
mv : laju aliran uap
mv = ρw AE
Radiasi neto diperoleh
dari
5. Cara gabungan
keterbatasan pada cara
aerodinamik dan keseimbangan energi menyebabkan adanya beberapa syarat alami
yang harus dipenuhi.
6. Priestly-Taylor
Methode
Priestly-Taylor
menyederhanakan menjadi :
Dengan α = 1.3 ; dan
andaian bahwa bagian belakan gpersamaan 3.13 = 30% bagian depan
7. Cara Penman
Oleh para peneliti,
cara ini dinilai paling lengkap. Hal ini disebabkan karena cara ini hampir
memperhitungkan semua faktor yang berpengaruh terhadap proses evapotransporasi.
PE = f E0
Thornthwaite memberikan
persamaan pendekatan yang lebih sederhana, dengan ,mengaitkan evapotranspirasi
dengan suhu, dengna menghitung index panas bulanan :
Dengan t : suhu
rata-rata bulan yang bersangkutan
Dengan α : fungsi kubis
J
β : faktor koreksi
akibat panjang hari yang berbeda tiap bulan
Faktor koreksi β untuk
persamaan Thornthwaite
Blaney memberikan
persamaaan yang lebih sederhana lagi, yaitu :
K = Kt x Kc
Kt = 0.0311t + 0.24
T = temperatur
rata-rata bulanan
P = persen jam siang
bulanan setahun
Rumusan lain yang
memperhitungkan lebih banyak faktor lagi adalah cara Morton
Ea = evapotranspirasi
nyata (mm/hari)
Rm = radiasi neto
(W/m2)
α = albedo
Ip = radiasi matahari
global
Penguapan dan
consumtive use
CARA-CARA PENGUKURAN
• Banyak sekali cara
yang digunakan untuk menentukan, namun sebenarnya persamaan kesimbangan air lah
yang paling teliti.
Ada tiga kelompok cara
pengukuran laju penguapan, yaitu :
dengan panci penguapan
dengan atmometer
dengan lysimeter
Panci penguapan
Jenis dan ukuran
beberapa panci penguapan
Pengukuran dengan panci
penguapan ini tidak sama dengan laju penguapan karena beberapa penyebab, yaitu
:
1. Luas muka air yang
sngat terbatas dibandingkan dengan luas muka danau yang sangat besar.
(dikatakan oleh Ward, bahwa bila luas permukaan panci ≥ 12 feet atau ± 3.6 m,
maka kedua hasil pengukuran tersebut praktis sama.
2. Pada jenis panci
tertanan, terjadi pertukaran panas antara air dan tanah disekitarnya.
3. Pada jenis terapung,
pemasangannya sangat sulit dan sulit untuk menghindari percikan.
• Cara pengukuran lain
dengan menggunakan atmometer Livingstone dan Bellani. Konsepnya dengan
menggunakan gelas ukur yang diisi dengan air destilasi. Lalu ditutup dengan
kertas hisap yang diklem. Besarnya penguapan diukur dari besarnya pengurangan
air yang terukur pada gelas ukur.
• Ada juga cara
pengukuran dengan prinsip evaprotranspirometer, yaitu dengan menggunakan
tanaman
• Pengukuran lain
dengan menggunakan lysimeter. Prinsipnya sama dengan evaprotranspirometer,
hanya ditambah dengan kemampuan untuk menimbang.
Sumber :
Arsyad. 1989.
Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor
Nasir A.N, dan S.
Effendy. 1999. Konsep Neraca Air Untuk Penentuan Pola Tanam. Kapita Selekta
Agroklimatologi Jurusan Geofisika dan Meteorologi Fakultas Matematika dan IPA.
Institut Pertanian Bogor.
Soewarno. 2000.
Hidologi Operasional. Bandung : Nova.
Sosrodarsono, S. 1985.
Hidrologi untuk Pemgairan. PT. Paradyna Paramita. Jakarta.
Sri Harto, BR. 2000).
Hidrologi: Teori, Masalah, Penyelesaian. Yogyakarta: Nafiri.
• B.R, Sri Harto, 2000,
Hidrologi Teori Permasalah dan Penyelesaian, Nafiri Offset, Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar